Sabtu, 03 November 2012

Ujian Duniawi



Ujian Duniawi

Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Tuhan
semesta alam, Yang Maha Esa lagi Tunggal, dan segala sesuatu
bergantung kepada –Nya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang
berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Shubhanahu
wa ta’alla yang tiada sekutu bagi -Nya,

”Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang ”. (QS. Al-Hasyr: 22)

 Dan aku bersaksi bahwa peminpin kami Nabi
Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul
utusan Allah Shubhanahu wa ta’alla, yang di utus sebagai
pembawa rahmat bagi Alam semesta, sebagai pembawa petunjuk
dan pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Ya
Allah sampaikanlah shalawat dan salam serta keberkahan kepada
hamba dan Rasul -Mu Nabi Muhamad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam, keluarga dan seluruh sahabat beliau serta semua orang
yang mulia dan bertaqwa dan orang-orang yang mengikuti beliau
dengan kebaikan sampai hari kiamat.

 Amma Ba’du…Sesungguhnya di antara nikmat Allah
Shubhanahu wa ta’alla yang paling besar bagi orang-orang yang
beriman, dan karunia -Nya yang paling agung bagi seluruh mahluk


adalah satu karunia yang tidak ada bandingan nya, nikmat yang
tidak ada satupun yang bisa menandinginya yaitu risalah penutup
para Nabi yang diturunkan bagi manusia. Maka syukurilah nikmat
Allah Shubhanahu wa ta’alla tersebut, tunaikanlah hak-haknya
dengan mentauladani cara hidup Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam dan mengikuti sunah-sunah beliau.

”Mereka merasa Telah memberi nikmat kepadamu dengan
keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa Telah
memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, Sebenarnya
Allah, dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan
menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang
yang benar” (QS. Al Hujurat: 17)

 Seandainya seorang muslim merenungkan keagungan
nikmat ini, yaitu nikmat Islam, niscaya hatinya akan bergetar dan
dia pasti menyadari keagungan dan manfaat nikmat yang agung
ini. Dengannya Allah Shubhanahu wa ta’alla membuka hati yang
terkunci, telinga yang tuli, mata yang buta, dan denganya Allah
Shubhanahu wa ta’alla mengelurkan manusia dari kegalapan
menuju cahaya, dari kesesatan menuju petunjuk, dari
kebodoahan menuju pengetahuan, dari kehinaan menuju
kemuliaan dan dari dunia kezaliman menuju keadilan.

Risalah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam diturunkan dari
langit pada masa kejahiliayahan merajalela, syhawat menjadi
barometer, hawa nafsu menjadi tuntunan. Manusia menyembah


selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, padahal Dia lah Pemberi rizki
namun masyarakat justru meminta kepada selain Allah
Shubhanahu wa ta’alla Yang Maha Kuasa:



Hai orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada mereka sendiri. (QS. Al-Hasyr: 19).



Maka datanglah risalah Nabi Muhamad Shallallahu alaihi wa
sallam dengan kepastian yang hakiki, keadilan dan kebenaran
sehingga hati menjadi lunak, jiwa menjadi suci, budi pekerti
menjadi lurus dan membuka bagi manusia sebuah paradigma
baru tentang akibat, kemaslahatan dan menolak kerusakan.
Sehingga terbentuklah sebuah umat yang bersatu, saling bahu
membahu, saling tolong menolong dan saling memaafkan sama
seperti sebuah bangunan yang saling mendukung satu sama
lainnya, dan seperti tubuh yang satu, yang apabila salah satu
anggota tubuh tersebut tertimpa penyakit maka anggota tubuh
yang lain ikut merasakan rasa sakit.

”Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan


kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Ali Imron: 164).

 Wahai sekalian orang yang beriman….setelah itu, setelah
beriman dan mendapat petunjuk serta ber-istiqomah dalam
petunjuk tersebut akan terjadi fitnah yang akan menghampiri
seorang muslim, dia adalah ujian dan cobaan untuk menguji
kekuatan iman seorang muslim dan komitmennya terhadap
agamanya serta tingkat kesabarannya dalam berpegang teguh
dengannya. Ujian ini sebagai cobaan terhadap kekuatan keimanan
seseorang. Allah Ta’ala berfirman:

”Alif laam miim. 2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang
mereka tidak diuji lagi?”(QS. Al Ankabut: 1-2).

Ujian tersebut dipertegas di dalam firman Allah Ta’ala:


”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (QS. Al-Baqarah: 155).


”kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada
kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al Anbiya: 35).

Allah Ta’ala menegaskan bahwa sebelum terjadinya fitnah
tersebut dia sebagai cobaan dan ujian. Adapun faktor-faktor yang
bisa membawa keselamatan, kesuksesan dan kemenangan
disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala:


”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar”. (QS. Al- Baqarah: 153).



Allah berfirman: “155. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.156. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun"

Maka bersabar, mendirikan sholat dan menyerahkan segala
urusan kepada Allah sera mensyukuri nikmat adalah factor
penting yang mengarahkan kepada kemenangan dan
kesuksesan…dan balasan bagi kesuksesan ini adalah firman Allah
Ta’ala: 

”Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 157).

Amirul mu’minin Umar bin Al Khattab radhiallahu anhu berkata:
“Sungguh baik sikap tersebut dan sungguh baik balasannya”.

Manfaat ujian ini adalah sebagaimana ditegaskan di dalam firman
Allah Ta’ala:


”Dan Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang
yang beriman: dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang
yang munafik”. (QS. Al Ankbut: 11)

Yaitu untuk mengetahui hati yang bersih lagi bersinar dengan
cahaya keimanan, hati yang pantas membawa amanah Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan menegakkan amanah tersebut serta
menyampaikan da’wah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam dan berdak’wah kepadanya.

 Buah ujian yang menghampiri orang yang beriman
adalah derajat yang tinggi dalam keimanan dan ketaqwaan, selalu
terdorong untuk mensucikan jiwa, membersihkan diri dari dosa,
menguatkan semangat, melurusakan aqidah, memperkuat
hubungan diri dengan Allah Shubhanahu wa ta’alla, sehingga


seorang yang beriman menjadi bersih, suci dan siap untuk
menghadap Allah Shubhanahu wa ta’alla. Maka barangsiapa yang
bersama Allah Shubhanahu wa ta’alla, bersabar atas segala ujian
yang datang dari -Nya dan bersyukur terhadap nikmat -Nya maka
Allah Shubhanahu wa ta’alla pasti bersamanya, diberikan baginya
taufiq dan juga segala langkah-langkahnya dan dipelihara oleh
Allah Shubhanahu wa ta’alla dari keburukan, ditunjuki jalan
kebaikan dan dihindarkan dari segala keburukan. Inilah keadaan
orang-orang beriman yang sebenarnya.

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sungguh
mengherankan perkara orang-orang yang beriman, sebab semua
perkaranya pasti baik, dan hal itu tidak terjadi kecuali bagi orang-
orang yang beriman, jika mendapat kebaikan maka dia bersyukur
dan hal itu adalah terbaik baginya, dan jika mendapat keburukan
maka dia bersabar dan hal itu lebih baik baginya”.

Inilah balasannya di dunia… sementara balasan yang akan
didapatkannya di akherat kelak adalah disebutkan di dalam
firaman Allah Ta’ala:


”Sesungguhnya Hanya orang-orang yang Bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. QS. Al-Zumar: 10.

Balasannya tidak terukur, tidak ada bandingnya hal itu karena
balasan tersebut datang dari karunia Allah Shubhanahu wa ta’alla
Yang Maha Mulia dan Pemurah.

Disebutkan di dalam tafsir Ibnu Katsir dari Ali bin Al-Husain
radhiallahu anhuma berkata: Apabaila Allah Shubhanahu wa


ta’alla mengumpulkan orang-orang terdahulu dan terakhir pada
sebuah padang yang luas, maka terdengarlah suara penyeru: Di
manakah orang-orang yang selalu bersabar? Hendaklah mereka
masuk surga sebelum dihisab. Perawi berkata; Maka berdirilah
sekelompok orang yang disambut oleh para malaikat dan mereka
berkata: Kemanakah kalian pergi wahai Bani Adam. Mereka
menjawab: Menuju surga”. Sebelum dihisab?. Kata malaikat. “Ya”.
Jawab mereka. Para malaikat bertanya kembali: Siapa kalian?
“Kami orang-orang yang bersabar”. Jawab mereka. “Apakah
bentuk kesabaran kalian”. Tanya malaikat kembali. “Kami
bersabar dalam ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
bersabar untuk tidak bermaksiat kepada -Nya sampai kami
meninggal dunia”. Para malaikat menjawab: Kalian seperti apa
yang kalian katakan, masuklah ke surga, sungguh balasan yang
baik bagi orang-orang yang berbuat kebajikan”.


Khutbah Kedua

Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang telah
menunjukkan kita kepada keislaman, aku bersaksi bahwa tiada
tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah
Shubhanahu wa ta’alla, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi
-Nya dan aku bersaksi bahwa pemimpin kami Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alihi wa sallam adalah hamba dan utusan -Nya.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada beliau,
para shahabat dan keluarganya serta orang yang mengikuti beliau
dengan kebaikan sampai hari kiamat.

Wahai saudaraku seiman, sesungguhnya sebaik-baik
kalam adalah kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla, sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhamad Shallallahu alaihi wa


sallam. Wahai saudaraku seiman, di antara bentuk ujian yang
menimpa kaum muslimin selama hidupnya di dunia adalah fitnah
harta. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam
memperingatkan: Sesunggunya dunia ini sangat manis dan hijau,
sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah padanya,
dan Dia akan melihat apakah yang kalian perbuat padanya. Maka
takutlah terhadap dunia dan waspadalah terhadap wanita”.

Bagaimana harta bisa menjadi fitnah?...sebab terkadang
seseorang mendapatkannya dengan cara yang haram, atau
membelanjakan dan mengeluarkannya pada perakra yang
diharamkan, atau terkadang seseorang dilalaikan menunaikan
kewajiban syar’inya oleh perkara menumpuk-numpuk harta. Dari
Ka’ab bin Malik al Anshori radhaiallahu anhu bahwa Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah dua
ekor serigala yang lapar yang berada di tengah sekumpulan
kambing lebih berbahaya bagi agamanya dari ketamakan
seseorang terhadap harta dan kedudukan duniawi”.

Ini adalah perumpamaan yang sangat agung di mana
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan di dalam
perumpamaan ini tentang rusaknya agama seseorang karena
terlalu diperbuadak harta dan kemegahan, yaitu sebuah
kedudukan di dunia. Dan rusaknya agama seseorang oleh dua
perakara tersebut tidaklah lebih kecil dibanding dengan
kerusakan yang terjadi pada sekelompok kambing yang
ditinggalkan oleh penggembalanya setelah didatangi oleh dua
ekor serigala yang memakan sebagian dan mencakar bagian yang
lain.

Salah seorang yang arif dan bijaksana pernah berkata:
Ketamakan itu ada dua macam: Ketamakan yang bermanfaat dan


ketamakan yang membawa petaka. Adapun ketamakan yang
membawa manfaat adalah kesungguhan dalam taat kepada Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan ketamakan yang memabwa bencana
adalah ketamakan terhadap dunia. Dia disibukkan oleh duniawi,
tersiksa, tidak merasakan kesenangan dan tidak pula
mendapatkan ketenangan karena sibuk mengumpulkan harta
duniawi, maka dia tidak bisa melepaskan kecintaannya terhadap
dunia guna membangun rasa cinta terhadap akherat.

Seperti itulah gambaran tentang harta dunia, dan
maksud dari penjelasan ini adalah bahwa keindahan harta
duniawi tidak perlu dicela, dia adalah perwujudan nikmat Allah
Shubhanahu wa ta’alla, yang mesti dicela orang yang tidak
menghiraukan cara untuk mendapatkan harta tersebut apakah
didapatkannya dengan jalan yang dihalalkan atau diharamkan,
lalu usahanya untuk menumpuk-numpuk harta tersebut
membuatnya lalai untuk taat kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla. Seseorang terkadang terlihat begitu rakus mengumpulkan
dan menambah harta benda lalu dia tidak menunaikan hak-hak
Allah Shubhanahu wa ta’alla pada hartanya, seprti zakat,
shadaqah dan memanfaatkan harta untuk membangun hubungan
silaturrahmi. Hal inilah yang dijelaskan oleh Allah Shubhanahu wa
ta’alla di dalam firman -Nya:


”dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah
orang orang yang beruntung”. (QS. Al Hasyr: 09).


Di dalam sunan Abu Dawud disebutkan dari Abdullah bin Umar
radhiallahu anhum bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Hindarilah sifat kikir, karena sesungguhnya
kekikiran tersebut telah membinasakan orang-orang sebelum
kalian, Mereka disuruh untuk memutuskan hubungan silaturahmi
maka merekapun memutuskannya, mereka disuruh untuk kikir
maka merekapun berlaku kikir dan merekapun diperintahkan
untuk berlaku aniaya maka mereka melakukan aniaya.

Di dalam shahih Muslim dari Jabir bin Abdullah dari Nabi
Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: hindarilah
perilaku kikir, sebab kekikiran tersebut telah membinasakan
orang-orang sebelum kalian. Sebab, kekirian tersebut telah
membawa mereka untuk saling membunuh dan menghalalkan
apa-apa yang menjadi bagian mereka”.
(Muhammad bin Abdullah bin Mu’aidzir)

0 komentar:

Posting Komentar